Wednesday, November 19, 2008

Obama dan Kita



Seperti yang telah diramalkan dan diharapkan banyak orang, Barrack Hussein Obama, 47 akhirnya berhasil terpilih sebagai Presiden Amerika Serikat yang ke-44, menggantikan George Walker Bush yang akan lengser pada Januari 2009 nanti

Obama berhasil mengalahkan saingannya, John McCain, 72, calon dari Partai Republik, dengan selisih angka yang cukup telak. Sampai pukul 21.00 WIB, Obama berhasil mengumpulkan electoral voters sejumlah 349 (52%) mengungguli McCain yang baru memperoleh 147 (46%). Sementara masih ada 2% suara yang belum dilaporkan. Kemenagan Obama ini mematahkan tradisi bahwa Presiden AS harus berkulit putih. Kekhawatiran bahwa Bradley efek akan terulang pada Obama ternyata tidak terbukti. Mungkin masih teringat dimana Tom Bradley yang berkulit hitam diunggulkan untuk menjadi Gubernur Los Angeles tahun 1982 gagal dalam pemilihan, walaupun dalam jajak pendapat selalu menang dan dapat dikatakan pantas terpilih. Namun kenyataannya bilik suara berkata lain. Pada saat peghitungan ternyata Bradley kalah. Orang Amerika memang cenderung tidak mau disebut rasis, oleh karena itu dalam jajak pendapat dan hasil pemilihan bisa berkata lain. Kasus Obama memang membuktikan setidaknya mayoritas orang Amerika sudah mulai bisa menerima kehadiran pemimpin yang berkulit hitam, walaupun Obama sendiri enggak hitam-hitam banget karena ibunya berkulit putih...he..he. Terpilihnya Obama menjadi Presiden membuat banyak negara bersuka ria, termasuk Indonesia yang pernah ditinggali Obama kecil. Harapan Obama akan lebih ceng li dengan Indonesia akan lebih terbuka (gini-gini kan punya andil besarin Obama...he...he). Namun hendaknya kita tidak terlalu banyak berharap mengenai kebijakan-kebijakan yang akan dijalankannya, karena Asia Tenggara nampaknya belum menjadi prioritasnya, apalagi ekonomi Amerika bener-bener lagi goncang. Ada baiknya pemerintahan kita tidak terlalu bergantung terhadap sosok Obama, bangsa kita harus mandiri, bagaimanapun juga bagi saya Amerika tetap Amerika dimana ada kepentingan yang menguntungkan di situlah mereka akan memihak siapapun presidennya. Dolar sampai tulisan ini dibuat telah menembus Rp 12.000,-. Nilai rupiah yang begitu tinggi memang bisa mengguncang perekonomian kita, apalagi daya beli masyarakat kita yang belum kunjung membaik. Mudah-mudahan Barack Obama bisa membawa angin segar bagi perekonomian dunia yang naik turun kaya lift...he..he. Tapi siapapun presidennya hendaknya kita juga sadar, bergantung pada negara lain bisa bikin susah sendiri. Saatnya bagi kita juga untuk mengeksplorasi kemampuan kita, entah bakat atau hobi yang bisa mendatangkan income bagi kita kalau modal jadi kendala.