Wednesday, December 3, 2008

Do you see failure or success ?

by Heather Dominick

I remember attending a meditation workshop with Mark Epstein, a well-known 'Buddhist psychologist.' He told a story about a meeting he had with Ram Dass, spiritual teacher and author, where Ram Dass had asked Mark Epstein about his work with his patients. As Mark talked about his work, Ram Dass interrupted him and asked, "Do you see them as already healed?" I was so struck by this story. As a coach and healer of businesses, I saw the clarity in this question. So often as solo-service professionals it is easy to focus on our success by looking at ourselves (what we are doing, creating, visualizing, etc.), but the results are incredible when we turn the focus on those that we serve. What do you see when you look at your clients or customers? Do you see failure or success? When I worked as a high school teacher--in moments when my students were working on their own--I would say to myself, "The light in me sees the light in you." I really felt that. I could see my students succeeding long before they could see it or could even venture to believe it. However, I knew as their teacher it was my duty to hold that vision and energy for them and then guide them through the action steps of getting there. It always worked. I have countless high school teaching success stories. I see that same (if not more--I've learned a lot in the past few years) success for the private and Boot Camp clients I work with now. I literally see them as a successful magazine owner, professional organizer, coach, meditation expert, Feng Shui practitioner...and the list goes on. It continues to work. I ask you to begin to apply this to your own business. Here are 3 steps to begin SEEING success in those that you serve.

1)Change the way you look at things and the things you look at change.
In Dr. Wayne Dyer's book, The Power of Intention, he sites that, "It turns out that at the tiniest subatomic level, the actual act of observing a particle changes the particle." This is a clear example of energy affecting energy. If I look at you and see your success, then you begin to create more of and be success! How great is that? So when speaking to a prospect, customer, or client, instead of questioning your abilities (wondering if you'll get the sale or joining them in their woes), the most powerful action you can take is to change the way you are looking at the situation. See them as happy, joyful, peaceful, well, successful...and more. You will be effecting a change that will result in more success and abundance for the both of you. (It feels so much better than worry and doubt!)

2)Be constantly giving.
The energy of success is constantly giving and the supply is limitless. When you can come from this place in your own business, you begin to attract more into your life. I know when I first heard this, it was hard for me to grasp. Mostly, because I used to come from a place of giving, but have one eye immediately on making sure that I was compensated and at the same time convinced that I wouldn't be. Guess what? I wasn't and I felt a whole lot of resentment at the same time. When I shifted my attention to giving for the sake of the success of those that I was serving and simultaneously confidently took care of what I needed for myself and my business (instead of waiting for someone else to do just do it), there was more success ALL around.

3)Detach from the outcome.
When you are able to SEE success, you don't need to be attached to the outcome because you KNOW that it's going to be successful. Whenever you are caught up in accumulating (I have to get this client; I have to sell to this customer), then you lose sight of what your main goal is--to see the success of those that you serve. Find out exactly what's going on for the person that you're speaking to. Ask them and ask yourself, what do they need? The answer to this question is usually multi-layered. (For example, prospects that come to me may need more income from their businesses, but they also need to move through the blocks they've unconsciously set up for themselves that's keeping them from getting more money). So, you then SEE them as getting their needs fully met and begin the process of working with that person, so you can help make it happen.

Call To Action:
1) Ask yourself, how do I see my prospects, clients, or customers? Be honest. Just let the answer come. No judgment. It will give you a lot of information.

2) With whatever answer you get now, ask yourself, "How can I improve?" How can I see this situation differently?

3) For one day focus only on those you serve and their success. Write down the difference in how you feel, the results that your clients get, and anything else that pops up.

Monday, December 1, 2008

Mr Henri

Renungkanlah oleh Anda betapa bahagia dan betapa bangganya perasaan seseorang apabila ia bisa diterima sebagai mahasiswa di universitas yang bergengsi seperti Yale atau Harvard University di USA. Tentunya lebih hebat lagi adalah orang-orang yang bisa menjadi guru besar di Universitas tsb.

Mr Henri adalah seorang guru besar bukan saja di kedua universitas tsb diatas melainkan juga di Universitas Notre Dame. Ia begitu disegani oleh rekan-rekan maupun para mahasiswanya sebagai wong
pinter yang terpandang. Jadi sudah benar-benar berada di puncak kedudukan kariernya seorang ilmuwan.

Pada saat dimana ia sedang berada di puncak karier kehidupannya, tiba-tiba ia merubah arah hidupnya! Ia telah merubah arah kehidupannya bukannya untuk UPWARD lagi melainkan ingin DOWNWARD.

Ia melepaskan seluruh jabatannya di ketiga universitas bergengsi tsb. Ia melepaskan ribuan siswa-siswinya untuk diganti hanya oleh 10 orang siswa lainnya. Bahkan untuk para siwa barunya ini ia mengabdikan dirinya 24 jam sehari. Disitu ia telah benar-benar turun menjadi Mr Nobody.

Disitu tidak ada seorang pun yang mengenal dia, bahkan tidak ada seorang pun yang pernah membaca buku hasil karyanya. Begitu juga tidak ada seorang pun yang merasa kagum terhadap dirinya sebagai
guru besar yang memiliki gelar sepanjang 1 meter. Disitu ia benar- benar menjadi Mr. Nobody tulen. Masalahnya semua anak didiknya sekarang ini adalah anak-anak yang cacad mental. Melalui anak-anak
cacad tsb baru dia menyadari, bahwa segala prestasi yang pernah diraih sebelumnya itu, tidak ada manfaatnya sama sekali dalam pergaulannya dengan mereka.

Boro-boro bisa membaca dan menulis, mandi sendiri pun mereka sudah tidak mampu lagi. Dari guru besar dihadapan ratusan siswa berubah menjadi pelayan untuk melayani anak-anak cacad. Dimana setiap
harinya ia harus membersihkan badan mereka dari kotoran-kotorannya. Bantu menyikat gigi maupun mencukur jenggot mereka dan juga membantu memakai pakaiannya sebelumnya diletakan di kursi rodanya.

Salah satu diantaranya adalah seorang pemuda yang bernama Adam. Bagi kebanyakan orang Adam itu sudah benar-benar tidak berguna sama sekali, sehingga sebenarnya percuma saja ia dilahirkan juga. Adam
walaupun usianya sudah mencapai 25 tahun, tapi ia masih harus dirawat seperti layaknya seorang bayi. Ia tidak bisa makan maupun minum sendiri, sehingga untuk ini ia harus menyuapi dan menunggunya
dengan sabar. Buang air besar pun tidak bisa, maka dari itu setiap hari ia harus mencuci celana maupun badannya yang penuh dengan kotoran yang bau. Ia juga seorang penderita epilepsi yang parah
sehingga badannya sering menjadi kejang dan kaku.

Pekerjaan yang tidak ringan maupun mudah dan terlebih lagi membutuhkan banyak kesabaran. Untuk ini tidak ada penghargaan maupun ucapan terima kasih dari Adam, sebab boro-boro bisa berbicara,
senyum atau menangispun Adam sudah tidak bisa lagi. Hanya sekali pernah terlihat dimana Adam mengeluarkan air mata yang mengalir di pipinya.

Mungkin bagi orang lain apa yang dilakukan Henri sekarang ini adalah pekerjaan wong rendahan dan tiada artinya sama sekali, tetapi bagi dia bahkan masa hidup yang sekarang inilah yang terpenting di dalam
kehidupannya. Henri pernah mengutarakan bahwa ia telah mendapatkan banyak sekali berkat dari pelayanannya ini. Ia menilai bahwa dari fisik dan pikiran Adam muncul seorang manusia yang paling baik yang telah menawarkan dan memberikan kepada dia suatu hadiah yang paling indah daripada apa yang bisa ia berikan kepadanya ialah pelajaran tentang cinta kasih. Dari situlah ia merasa bahwa sebenarnya ialah yang dilayani oleh Adam untuk belajar melayani, bersabar maupun berbagi kasih yang tak berkesudahan.

Apa yang diucapkan oleh Henry ini bukannya hanya sekedar basa-basi, sebab untuk ini ia telah menulis satu buku khusus, mengenai hikmah dan pelajaran apa saja yang telah ia dapatkan dari Adam dalam
bukunya “Adam´s Peace”.

Bayangkan saja ia seorang guru besar dari universitas bergengsi, ternyata telah bisa menimba ilmu dari anak-anak cacad. Anak-anak cacad tsb telah berhasil mengajarkan kepada Henry apa artinya cinta
kasih itu. Terlebih lagi disitulah baru ia menyadari, bahwa bahwa apa yang membuat kita menjadi manusia, bukanlah gelar, harta, maupun jabatan kita. Begitu juga bukanlah otak kita, tapi hati kita!

Bukan kemampuan kita berpikir, tetapi kemampuan kita untuk mengasihi. Henry telah turun menjadi Mr Nobody dimata dunia, tetapi dilain pihak ia telah berhasil menjadi VIP dimata Sang Pencipta.

Mr. Henry Josef Michael Nouwen (1932 - 1996) dengan sengaja telah meninggalkan komunitas orang-orang hebat dan bergengsi untuk memilih hidup di komunitas anak-anak cacad di L´Arche Daybreak di Toronto. Ia melayani disitu terus sampai dengan akhir hayatnya. Ia juga seorang penulis buku rohani. Lebih dari 40 buku rohani yang pernah ia tulis salah satu bukunya yang paling banyak dibaca ialah: “Innder
Voice of Love”.

Menurut ukuran dunia keberhasilan seseorang diukur berdasarkan keberhasilan maupun ketinggian yang bisa diraih oleh orang tsb dengan motto “How high can you fly?” Beda dengan dunia kerohanian.
Disana berlaku motto kebalikannya ialah “How low can you go?”. Jalan ilahi adalah jalan yang menurun kebawah.

Malas

Deni sedang agak malas bekerja hari ini. Rasanya masih ingin libur.
Kok cepat sekali liburan berakhir. Rasanya baru sebentar libur, eh
sudah harus bekerja lagi.

Tapi, kemudian Deni teringat suatu kejadian yang menggerakkan
hatinya ketika belum lama berselang dia pulang kampung untuk
merayakan tahun baru bersama orang tua dan saudara-saudaranya.
Ketika dalam perjalanan ke kotanya, di kereta api Deni bertemu
seseorang. Orang tersebut duduk di kursi sebelah kirinya dan hanya
dipisahkan oleh jalan untuk lalu lalang. Seorang pemuda. Sederhana.
Biasa saja. Tidak terlalu istimewa.

Yang membuatnya istimewa adalah pemuda tersebut terus menerus dipuji-
puji oleh teman-temannya. Mereka semua berlima. Teman-temannya tak
henti-hentinya memujinya, menggodanya, menepuk-nepuk bahunya, dan
menyalaminya berulang-ulang. Sebaliknya pemuda tersebut hanya senyum-
senyum dan tertawa.

Di tengah perjalanan, setelah teman-teman pemuda tersebut tidak
terlalu ribut lagi, tiba-tiba pemuda tersebut menyapa Deni. Mau
pinjam koran yang dipegang Deni. Tentu saja Deni tidak keberatan
untuk meminjamkan korannya. Apalagi dia sudah selesai membacanya.
Tak lama kemudian pemuda tersebut mengembalikan korannya dan mereka
berdua terlibat dalam pembicaraan.

Karena penasaran, Deni menanyakan mengapa pemuda tersebut disalami.
Dia hanya tersenyum saja. Tapi, teman di sebelahnya langsung
menengok ke arah Deni dan menjawab:”Dia karyawan terbaik tahun ini,
mas! Nomor satu! Ha ha ha… Sudah tiga tahun berturut-turut lho
mas. Hebat kan?” Temannya yang lain menambahkan: “Tahun ini dia naik
jabatan mas. Jadi bos.”

Deni memberi salam sambil mengucapkan selamat. Sambil bercakap-
cakap, Deni menanyakan kiat-kiat suksesnya dalam bekerja. Temannya
menjawab: “Dia orangnya selalu ingin lebih baik. Tidak pernah
berhenti belajar mas. Tidak pernah menyerah. Kalau dia tidak
mengerti, dia bertanya dan belajar. Kalau sudah mengerti, dia akan
berusaha melakukan yang terbaik. Kalau sudah terbaik, dia berusaha
lebih baik lagi. Pokoknya tidak pernah puas. Yah, jelas dia menang
lagi tahun ini.”

Teman yang lain lagi menambahkan: “Betul mas. Malah kita semua
banyak belajar dari dia. Dia ini memang superman. Pokoknya hebat
deh.” Deni ikut tersenyum: “Wah, mas, saya juga ingin belajar nih.
Saya kok tidak bisa begitu ya? Kalau lagi down, ya kerja jadi malas
juga. Tidak bisa selalu bersemangat tinggi. Apalagi kalau lagi
bokek. Ha ha… Bagaimana sih caranya?”

Pemuda tersebut memandangnya, lalu berkata serius: “Saya juga sering
mengalami up and down kok. Tapi, saya tidak mau down terus. Setiap
kali saya malas, ya langsung saya kerja lebih giat. Kalau saya ingin
istirahat, saya langsung cari apa saja yang bisa dikerjakan. Kalau
saya bosan, saya langsung bikin rencana baru tentang apa saja yang
akan saya lakukan hari itu.”

Dia bercerita: “Tiga tahun yang lalu, saya ditegur oleh atasan saya.
Soalnya saya lagi malas banget. Beberapa hari di kantor saya hampir
tidak mengerjakan apa-apa dan hanya main game. Lalu atasan saya
datang. Beliau hanya bertanya, Kalau kamu sedang malas bekerja,
bagaimana jika perusahaan juga sedang malas membayar gajimu?”

Pemuda itu melanjutkan, “Setelah berkata demikian, beliau pergi.
Saya jadi malu sendiri. Saya tidak ingin perusahaan malas membayar
gaji saya, tentunya perusahaan juga tidak ingin saya malas bekerja.
Jadi, sejak saat itu saya tidak mau menuruti rasa malas, lelah,
bosan dan lainnya.”

“Caranya?” tanya Deni.

“Kalau saya sedang merasa malas, saya langsung berdiri dan lompat-
lompat di tempat. Kira-kira 20 kali lompat. Dulu saya sering
ditertawakan teman-teman saya ini, tapi sekarang banyak yang
mengikuti cara saya. Dengan melompat-lompat sebentar, maka peredaran
darah menjadi lebih lancar, rasa malas pun hilang. Begitu juga kalau
saya mengantuk, saya langsung melompat-lompat sebentar, maka rasa
mengantuk akan lenyap. Pokoknya saya melakukan kebalikan dari setiap
perasaan negatif yang saya rasakan.”

“Begitu juga kalau saya sedang pusing dengan masalah pribadi saya.
Langsung saya menelepon klien yang membutuhkan bantuan saya,
sehingga saya tidak memikirkan masalah saya sendiri. Kadang saya
langsung menghadap atasan dan mendiskusikan masalah pekerjaan. Saya
tidak mau mengasihani diri sendiri. Masalah saya tidak akan selesai
dengan berpusing-pusing atau bermalas-malasan kan? Apa uang saya
akan bertambah kalau saya malas bekerja? Tidak kan? Jadi, untuk
apa?”

Waktu mendengar penjelasan pemuda itu, Deni hanya mengangguk-angguk.
Tapi kini, ketika dia merasa sedang malas, Deni teringat akan pemuda
di kereta. Segera Deni berdiri dan melompat-lompat di tempat
sebanyak 20 kali. Eh benar, ternyata badannya terasa lebih segar.
Dia pun mulai bekerja lagi. Ternyata dia merasa semangatnya timbul
lagi. Manjur juga yah?

Semangat Deni timbul. Untuk apa memulai tahun yang baru dengan rasa
malas? Apakah rasa malas akan mengubah keadaan menjadi lebih baik?
Jelas tidak! Jadi apa gunanya malas? Do something! Be active! Be
successful!

Sumber: Malas oleh Lisa Nuryanti, Director Expands Consulting &
Training Specialist

Makna Pekerjaan...

Beberapa waktu yang lalu saya memberikan pelatihan mengenai sikap
kerja disebuah hotel berbintang lima di Singapura. Salah satu peserta
pelatihan adalah Pak Lim, seorang pria berusia 60 tahunan yang bekerja
di hotel tersebut. Bagi saya pekerjaan sehari-hari Pak Lim sangatlah
monoton dan membosankan. Setiap hari, dengan membawa sebuah daftar,
dia mengecek engsel pintu setiap kamar hotel.

Saya akan menceritakan sedikit bagaimana tugas Pak Lim sebenarnya.
Pak Lim memulai rangkaian tugasnya dengan mengecek engsel pintu pintu
kamar 1001 dan memastikan bahwa engsel dan fungsi kunci pintu
berfungsi dengan baik. Pengecekan yang dilakukannya bukanlah
pengecekan “seadanya”, namun pengecekan yang saksama di setiap engsel
dan memastikan bahwa setiap pintu bisa dibuka-tutup tanpa masalah.

Untuk mengecek satu pintu saja, Pak Lim berulang kali membukan dan
menutup pintu tersebut hanya untuk memastikan bahwa semuanya berfungsi
dengan baik. Barulah setelah puas, dia memberi paraf pada daftar yang
dibawanya dan mengecek pintu kamar berikutnya, kamar 1002, dia
melakukan hal yang sama, begitu seterusnya. Dalam sehari, Pak Lim bisa
mengecek pintu 30 kamar.

Anda tentu bertanya, berapa hari waktu yang dibutuhkan Pak Lim untuk
mengecek pintu semua kamar di hotel itu. kurang lebih sebulan! Tidak
mengejutkan sebenarnya karena hotel berbintang lima ini memiliki
sekitar 600 kamar.

Tugas pengecekan Pak Lim dapat diibaratkan sebagai lingkaran.
setelahpintu kamar terakhir selesai dicek, Pak Lim akan kembali lagi
ke kamar pertama, kamar 1001. Rangkaian tugas ini terus berjalan
seperti itu, dari hari ke hari, bulan ke bulan, tahun demi tahun.
Pekerjaan semaca ini jelas merupakan pekerjaan monoton, tanpa variasi
dan membosankan! saya sendiri tidak habis pikir, bagaimana mungkin Pak
Lim masih bisa cermat dan teliti mengecek setiap engsel pintu dalam
menjalani tugas yang membosankan ini. saya membayangkan, seandainya
saya sendiri yang diminta melakukan hal semacam ini, mungkin saya akan
memeriksa setiap engsel sekedarnya saja.

Karena sangat penasaran, suatu hari saya bertanya kepada Pak Lim apa
yang sebenarnya membuatnya begitu tekun menjalani pekerjaan rutin itu.
Jawabannya sungguh diluar dugaan saya. Dia mengatakan,” James, dari
pertanyaan Anda, saya bisa menyimpulkan bahwa Anda tidak mengerti
pekerjaan saya. Pekerjaan saya bukan sekedar memeriksa engsel, tetapi
lebih dari itu. Begini. Tamu-tamu kami di hotel berbintang lima ini
jelas bukan orang sembarangan. mereka biasanya adalah Kepala Keluarga,
CEO sebuah perusahaan, Direktur atau Manajer Senior. Dan saya tahu
mereka semua jelas bertanggung jawab atas kehidupan keluarga mereka,
dan juga banyak karyawan dibawahnya yang jumlahnya mungkin 20 orang,
100 atau bahkan ribuan orang.

“Nah, kalau sesuatu yang buruk terjadi di hotel ini, misalnya saja
kebakaran dan pintu tidak bisa dibuka karena engselnya rusak, mereka
bisa meninggal didalam kamar. akibatnya bisa Anda bayangkan, pasti
sangat mengerikan, bukan hanya untuk reputasi hotel ini, tetapi juga
bagi keluarga mereka, karyawan yang berada dibawah tanggungan mereka.
Keluarga mereka akan kehilangan sosok Kepala Keluarga yang menafkahi
mereka dan karyawan mereka akan kehilangan sorang pimpinan senior yang
bisa jadi mengganggu kelancaran perusahaan. Sekarang Anda mungkin
dapat mengerti bahwa tugas saya bukan sekedar memeriksa engsel, tapi
menyelamatkan Kepala Keluarga dan Pimpinan unit bisnis sebuah
perusahaan. Jadi, jangan meremehkan tugas saya.”

Saya benar-benar terperangah mendengar penjelasan panjang lebar Pak
Lim. Dari situlah saya mengerti bahwa jika seseorang tahu benar makna
dibalik pekerjaannya, dia akan melakukan pekerjaannya dengan bangga,
dengan senang hati, dengan penuh tanggung jawab. Sebaliknya,
seandainya saja Pak Lim tidak mengerti makna pekerjaannya, dia akan
mengatakan bahwa tugasnya hanya sebagai tukang periksa engsel.

Sekarang, coba tanyakan pada diri sendiri. Apakah anda tahu benar
makna dibalik pekerjaan Anda? Katakanlah Anda adalah seorang Staff,
Kepala Bagian, Manajer unit bisnis, Kadiv, apakah Anda tahu makna
dibalik pekerjaan anda sebagai seorang Staff, Kepala Bagian , Manajer
atau Kadiv ?

Ingatlah bahwa jika seorang tahu makna pekerjaannya, dia pasti akan
melakukan pekerjaan dengan rasa bangga, dan yang terpenting, dia akan
membuat pekerjaannya penuh arti, bagi dirinya, bagi keluarganya dan
bagi perusahaannya.

Regards,
JAMES GWEE

Jangan Pernah Berhenti


Penulis: Gede Prama

Sejumlah sejarahwan yakin, bahwa pidato Winston Churchill yang paling berpengaruh adalah ketika beliau berpidato di wisuda Universitas Oxford. Churchill mempersiapkan pidato ini selama berjam-jam. Dan ketika saat pidatonya tiba, Churchill hanya mengucapkan tiga kata : ‘never give up’ (jangan pernah berhenti).

Sejenak saya merasa ini biasa-biasa saja. Tetapi ketika ada orang yang bertanya ke saya, bagaimana saya bisa berpresentasi di depan publik dengan cara yang demikian menguasai, saya teringat lagi pidato Churchill ini.

Banyak orang berfikir kalau saya bisa berbicara di depan publik seperti sekarang sudah sejak awal. Tentu saja semua itu tidak benar. Awalnya, saya adalah seorang pemalu, mudah tersinggung, takut bergaul dan minder.

Dan ketika memulai profesi pembicara publik, sering sekali saya dihina, dilecehkan dan direndahkan orang. Dari lafal ‘T’ yang tidak pernah lempeng, kaki seperti cacing kepanasan, tidak bisa membuat orang tertawa, pembicaraan yang terlalu teoritis, istilah-istilah canggih yang tidak perlu, serta segudang kelemahan lainnya.

Tidak bisa tidur beberapa minggu, stress atau jatuh sakit, itu sudah biasa. Pernah bahkan oleh murid dianjurkan agar saya dipecat saja menjadi dosen di tempat saya mengajar.

Pengalaman serupa juga pernah dialami oleh banyak agen asuransi jempolan. Ditolak, dibanting pintu, dihina, dicurigai orang, sampai
dengan dilecehkan mungkin sudah kebal. Pejuang kemanusiaan seperti Nelson Mandela dan Kim Dae Jung juga demikian. Tabungan kesulitan yang mereka miliki demikian menggunung. Dari dipenjara,hampir dibunuh, disiksa, dikencingin, tetapi toh tidak berhenti berjuang.

Apa yang ada di balik semua pengalaman ini, rupanya di balik sikap ulet untuk tidak pernah berhenti ini, sering bersembunyi banyak
kesempurnaan hidup. Mirip dengan air yang menetesi batu yang sama berulang-ulang, hanya karena sikap tidak pernah berhentilah yang membuat batu berlobang.

Besi hanya menjadi pisau setelah ditempa palu besar berulang-ulang, dan dibakar api panas ratusan derajat celsius. Pohon beringin besar yang berumur ratusan tahun, berhasil melewati ribuan angin ribut, jutaan hujan, dan berbagai godaan yang meruntuhkan.

Di satu kesempatan di awal Juni 1999, sambil menemani istri dan anak-anak, saya sempat makan malam di salah satu restoran di depan hotel Hyatt Sanur Bali. Yang membuat kejadian ini demikian terkenang, karena di restoran ini saya dan istri bertemu dengan seorang penyanyi penghibur yang demikian menghibur.

Pria dengan wajah biasa-biasa ini, hanya memainkan musik dan bernyanyi seorang diri. Modalnya, hanya sebuah gitar dan sebuah organ. Akan tetapi, ramuan musik yang dihasilkan demikian mengagumkan. Saya dan istri telah masuk banyak restoran dan kafe. Namun, ramuan musik yang dihadirkan penyanyi dan pemusik solo ini demikian menyentuh. Hampir setiap lagu yang ia nyanyikan mengundang kagum saya, istri dan banyak turis lainnya. Rasanya susah sekali melupakan kenangan manis bersama
penyanyi ini. Sejumlah uang tip serta ucapan terimakasih saya yang dalam, tampaknya belum cukup untuk membayar keterhiburan saya dan istri.

Di satu kesempatan menginap di salah satu guest house Caltex Pacific Indonesia di Pekan Baru, sekali lagi saya bertemu seorang manusia mengagumkan. House boy (baca : pembantu) yang bertanggungjawab terhadap guest house yang saya tempati demikian menyentuh hati saya. Setiap gerakan kerjanya dilakukan sambil bersiul. Atau setidaknya sambil bergembira dan tersenyum kecil. Hampir semua hal yang ada di kepala, tanpa perlu diterjemahkan ke dalam perintah, ia laksanakan dengan sempurna. Purwanto, demikian nama pegawai kecil ini, melakoni profesinya dengan tanpa keluhan.

Bedanya penyanyi Sanur di atas serta Purwanto dengan manusia kebanyakan, semakin lama dan semakin rutinnya pekerjaan dilakukan, ia tidak diikuti oleh kebosanan yang kemudian disertai oleh keinginan untuk berhenti.

Ketika timbul rasa bosan dalam mengajar, ada godaan politicking kotor di kantor yang diikuti keinginan ego untuk berhenti, atau jenuh menulis, saya malu dengan penyanyi Sanur dan house boy di atas. Di tengah demikian menyesakkannya rutinitas, demikian monotonnya kehidupan, kedua orang di atas, seakan-akan faham betul dengan pidato Winston Churchill : “never give up.”

Anda boleh mengagumi tulisan ini, atau juga mengagumi saya, tetapi Anda sebenarnya lebih layak kagum pada penyanyi Sanur dan house boy di atas. Tanpa banyak teori, tanpa perlu menulis, tanpa perlu menggurui, mereka sedang melaksanakan profesinya dengan prinsip sederhana : “jangan pernah berhenti.”

Saya kerap merasa rendah dan hina di depan manusia seperti penyanyi dan pembantu di atas. Bayangkan, sebagai konsultan, pembicara publik dan direktur sebuah perusahaan swasta, tentu saja saya berada pada status sosial yang lebih tinggi dan berpenghasilan lebih besar dibandingkan mereka. Akan tetapi, mereka memiliki mental “never give up” yang lebih mengagumkan.

Kadang saya sempat berfikir, jangan-jangan tingkatan sosial dan penghasilan yang lebih tinggi, tidak membuat mental “never give up” semakin kuat.

Kalau ini benar, orang-orang bawah seperti pembantu, pedagang bakso, satpam, supir, penyanyi rendahan, dan tukang kebunlah guru-guru sejati kita.

Jangan-jangan pidato inspiratif Winston Churchill - sebagaimana dikutip di awal - justru diperoleh dari guru-guru terakhir.

4 Tipe manusia menghadapi tekanan hidup

“Semua kesulitan sesungguhnya merupakan kesempatan bagi jiwa kita untuk tumbuh” (John Gray)

Pembaca, hidup memang tidak lepas dari berbagai tekanan. Lebih-lebih,hidup di alam modern ini yang menyuguhkan beragam risiko. Sampai seorang sosiolog Ulrich Beck menamai jaman kontemporer ini dengan masyarakat risiko (risk society). Alam modern menyuguhkan perubahan cepat dan tak jarang mengagetkan.

Nah, tekanan itu sesungguhnya membentuk watak, karakter, dan sekaligus menentukan bagaimana orang bereaksi di kemudian hari. Pembaca, pada kesempatan ini, saya akan memaparkan empat tipe orang dalam menghadapi berbagai tekanan tersebut. Mari kita bahas satu demi satu tipe manusia dalam menghadapi tekanan hidup ini.

Tipe pertama, tipe kayu rapuh. Sedikit tekanan saja membuat manusia ini patah arang. Orang macam ini kesehariannya kelihatan bagus. Tapi, rapuh sekali di dalam hatinya. Orang ini gampang sekali mengeluh pada
saat kesulitan terjadi.

Sedikit kesulitan menjumpainya, orang ini langsung mengeluh, merasa tak berdaya, menangis, minta dikasihani atau minta bantuan. Orang ini perlu berlatih berpikiran positif dan berani menghadapi kenyataan hidup.

Majalah Time pernah menyajikan topik generasi kepompong (cacoon generation). Time mengambil contoh di Jepang, di mana banyak orang menjadi sangat lembek karena tidak terbiasa menghadapi kesulitan. Menghadapi orang macam ini, kadang kita harus lebih berani tega. Sesekali mereka perlu belajar dilatih menghadapi kesulitan. Posisikan kita sebagai pendamping mereka.

Tipe kedua, tipe lempeng besi. Orang tipe ini biasanya mampu bertahan dalam tekanan pada awalnya. Namun seperti layaknya besi, ketika situasi menekan itu semakin besar dan kompleks, ia mulai bengkok dan
tidak stabil. Demikian juga orang-orang tipe ini. Mereka mampu menghadapi tekanan, tetapi tidak dalam kondisi berlarut-larut.

Tambahan tekanan sedikit saja, membuat mereka menyerah dan putus asa. Untungnya, orang tipe ini masih mau mencoba bertahan sebelum akhirnya menyerah. Tipe lempeng besi memang masih belum terlatih. Tapi, kalau
mau berusaha, orang ini akan mampu membangun kesuksesan dalam hidupnya.

Tipe ketiga, tipe kapas. Tipe ini cukup lentur dalam menghadapi tekanan. Saat tekanan tiba, orang mampu bersikap fleksibel. Cobalah Anda menekan sebongkah kapas. Ia akan mengikuti tekanan yang terjadi.
Ia mampu menyesuaikan saat terjadi tekanan. Tapi, setelah berlalu, dengan cepat ia bisa kembali ke keadaan semula. Ia bisa segera melupakan masa lalu dan mulai kembali ke titik awal untuk memulai lagi.

Tipe keempat, tipe manusia bola pingpong. Inilah tipe yang ideal dan terhebat. Jangan sekali-kali menyuguhkan tekanan pada orang-orang ini karena tekanan justru akan membuat mereka bekerja lebih giat, lebih termotivasi, dan lebih kreatif. Coba perhatikan bola pingpong. Saat ditekan, justru ia memantuk ke atas dengan lebih dahsyat. Saya teringat kisah hidup motivator dunia Anthony Robbins dalam salah satu biografinya.

Untuk memotivasi dirinya, ia sengaja membeli suatu bangunan mewah, sementara uangnya tidak memadai. Tapi, justru tekanan keuangan inilah yang membuat dirinya semakin kreatif dan tertantang mencapai tingkat
finansial yang diharapkannya. Hal ini pernah terjadi dengan seorang kepala regional sales yang performance- nya bagus sekali.

Bangun network

Tetapi, hasilnya ini membuat atasannya tidak suka. Akibatnya, justru dengan sengaja atasannya yang kurang suka kepadanya memindahkannya ke daerah yang lebih parah kondisinya. Tetapi, bukannya mengeluh seperti
rekan sebelumnya di daerah tersebut. Malahan, ia berusaha membangun netwok, mengubah cara kerja, dan membereskan organisasi. Di tahun kedua di daerah tersebut, justru tempatnya berhasil masuk dalam daerah tiga top sales.

Contoh lain adalah novelis dunia Fyodor Mikhailovich Dostoevsky. Pada musim dingin, ia meringkuk di dalam penjara dengan deraan angin dingin, lantai penuh kotoran seinci tebalnya, dan kerja paksa tiap hari. Ia mirip ikan herring dalam kaleng. Namun, Siberia yang beku tidak berhasil membungkam kreativitasnya.

Dari sanalah ia melahirkan karya-karya tulis besar, seperti The Double dan Notes of The Dead. Ia menjadi sastrawan dunia. Hal ini juga dialami Ho Chi Minh. Orang Vietnam yang biasa dipanggil Paman Ho
ini harus meringkuk dalam penjara. Tapi, penjara tidaklah membuat dirinya patah arang. Ia berjuang dengan puisi-puisi yang ia tulis. A Comrade Paper Blanket menjadi buah karya kondangnya.

Nah, pembaca, itu hanya contoh kecil. Yang penting sekarang adalah Anda. Ketika Anda menghadapi kesulitan, seperti apakah diri Anda? Bagaimana reaksi Anda? Tidak menjadi persoalan di mana Anda saat ini.
Tetapi, yang penting bergeraklah dari level tipe kayu rapuh ke tipe selanjutnya. Hingga akhirnya, bangun mental Anda hingga ke level bola pingpong. Saat itulah, kesulitan dan tantangan tidak lagi menjadi
suatu yang mencemaskan untuk Anda. Sekuat itukah mental Anda?

Sumber: 4 Tipe Manusia Hadapi Tekanan Hidup oleh Anthony Dio Martin

Batu Rubi yang retak

Alkisah, di sebuah kerajaan, raja memiliki sebuah batu rubi yang sangat indah. Raja sangat menyayangi, mengaguminya, dan berpuas hati karena merasa memiliki sesuatu yang indah dan berharga. Saat permaisuri akan melangsungkan ulang tahunnya, raja ingin memberikan hadiah batu rubi itu kepada istri tercintanya. Tetapi saat batu itu dikeluarkan dari tempat penyimpanan, terjadi kecelakaan sehingga batu itu terjatuh dan tergores retak cukup dalam.

Raja sangat kecewa dan bersedih. Dipanggillah para ahli batu-batu berharga untuk memperbaiki kerusakan tersebut. Beberapa ahli permata telah datang ke kerajaan, tetapi mereka menyatakan tidak sanggup memperbaiki batu berharga tersebut.

“Mohon ampun, Baginda. Goresan retak di batu ini tidak mungkin bisa diperbaiki. Kami tidak sanggup mengembalikannya seperti keadaan semula.”

Kemudian sang baginda memutuskan mengadakan sayembara, mengundang seluruh ahli permata di negeri itu yang mungkin waktu itu terlewatkan.

Tidak lama kemudian datanglah ke istana seorang setengah tua berbadan bongkok dan berbaju lusuh, mengaku sebagai ahli permata. Melihat penampilannya yang tidak meyakinkan, para prajurit menertawakan dia dan berusaha mengusirnya. Mendengar keributan, sang raja memerintahkan untuk menghadap.

“Ampun Baginda. Mendengar kesedihan Baginda karena kerusakan batu rubi kesayangan Baginda, perkenankanlah hamba untuk melihat dan mencoba memperbaikinya. ”

“Baiklah, niat baikmu aku kabulkan,” kata baginda sambil memberikan batu tersebut.

Setelah melihat dengan seksama, sambil menghela napas, si tamu berkata, “Saya tidak bisa mengembalikan batu ini seperti keadaan
semula, tetapi bila diperkenankan, saya akan membuat batu rubi retak ini menjadi lebih indah.”

Walaupun sang raja meragukan, tetapi karena putus asa tidak ada yang bisa dilakukan lagi dengan batu rubi itu, raja akhirnya setuju. Maka, ahli permata itupun mulai memotong dan menggosok.

Beberapa hari kemudian, dia menghadap raja. Dan ternyata batu permata rubi yang retak telah dia pahat menjadi bunga mawar yang sangat indah. Baginda sangat gembira, “Terima kasih rakyatku. Bunga mawar adalah bunga kesukaan permaisuri, sungguh cocok sebagai hadiah.”

Si ahli permata pun pulang dengan gembira. Bukan karena besarnya hadiah yang dia terima, tetapi lebih dari itu. Karena dia telah
membuat raja yang dicintainya berbahagia.

Netter yang luar biasa…. Di tangan seorang yang ahli, benda cacat bisa diubah menjadi lebih indah dengan cara menambah nilai lebih yang diciptakannya. Apalagi mengerjakannya dengan penuh ketulusan dan perasaan cinta untuk membahagiakan orang lain.

TIDAK ADA MANUSIA YANG SEMPURNA DI DUNIA INI

Shi Shang Mei You Shi Quan Shi Mei De Ren

Saya kira demikian pula bagi manusia, tidak ada yang sempurna, selalu ada kelemahan besar ataupun kecil. Tetapi jika kita memiliki
kesadaran dan tekad untuk mengubahnya, maka kita bisa mengurangi kelemahan-kelemahan yang ada sekaligus mengembangkan kelebihan-kelebihan yang kita miliki sehingga keahlian dan karakter positif akan terbangun. Dengan terciptanya perubahan-perubahan positif tentu itu merupakan kekuatan pendorong yang akan membawa kita pada kehidupan yang lebih sukses dan bernilai!

Sumber: Batu Rubi yang Retak oleh Andrie Wongso

Friday, November 28, 2008

School is an Investment


School is investment ... so that the investment will take us a lifetime. Often the assumption that the form of investment cars, land, homes, etc.. I yearn for you to invest in education you will get results that are very kind. Results from investment in education can not we also feel that time, but it is the long-term investment. The higher education Logically it easier or more extensive field work that we can get, the more knowledge that we find the insight will be more extensive. Is not many companies want their employees not only broad-minded values that good ? Ok ... .. This was how we choose a school a good investment that we are not missing free:

1. Choose a school that has a good reputation. This means that a network with many companies and provide internship work, not only rely on big names only.

2. Choose majors that have the prospect of the future sought by companies bonafit. Eg: Faculty of Computers.

3. Science-absorption of many of the schools. Assuming that all knowledge is important in all schools, not the important one course means that we close the horizons of our knowledge.

4. School is not only learning, but also build relationships and networks. we must build a relationship first, because it is what we will become partners or our relationships. This means that people Be good and friendly though friends like interacting with us.


I said that the school waste is the cost, but if we do with the serious results from the schools will be felt. So the school is the investment required for all people...Let’s go to SCHOOL

Tuesday, November 25, 2008

How to Successfully Navigate Your Business through an Economic Downturn


An economic downturn is a phase of the business cycle in which the economy as a whole is in decline.This phase basically marks the end of the period of growth in the business cycle. Economic downturns are characterized by decreased levels of consumer purchases (especially of durable goods) and, subsequently, reduced levels of production by businesses.


While economic downturns are admittedly difficult, and are formidable obstacles to small businesses that are trying to survive and grow, an economic downturn can open up opportunities. A well-managed company can realize the opportunity to gain market share by taking customers away from their competitors. Resourceful entrepreneurs capture the available opportunities, from an economic downturn, by developing alternate methods of doing business that were never implemented during a prior growth period.

The challenge of successfully navigating your business through an economic downturn lies in the realignment of your business with current economic realities. Specifically, you, as the business owner, need to renew a focus on your core clients/customers, reduce your operating expenses, conserve cash, and manage more proactively, rather than reactively, is paramount.

Here are best practices that will help you to successfully navigate your business through an economic downturn:

Goals:

The primary goal of any business owner is to survive the current economic downturn and to develop a leaner, more cost-effective and more efficient operation. The secondary goal is to grow the business even during this current economic downturn.

Objectives:

• Conserve cash.

Protect assets.

• Reduce costs.

• Improve efficiencies.

• Grow customer base.

Required Action:

• Do not panic… History shows that economic downturns do not last forever. Remain calm and act in a rational manner as you refocus your attention on resizing your company to the current economic conditions.

• Focus on what YOU can control… Don’t let the media's rhetoric concerning recessions and economic slowdown deter you from achieving business success. It´s a trap! Why? Because the condition of the economy is beyond your control. Surviving economic downturns requires a focus on what you can control, i.e. your relevant business activities.

• Communicate, communicate, and communicate! Beware of the pitfall of trying to do too much on your own. It is a difficult task indeed to survive and to grow your business solely with your own efforts. Solicit ideas and seek the help of other people (your employees, suppliers, lenders, customers, and advisors). Communicate honestly and consistently. Effective two-way communication is the key.

• Negotiate, negotiate, and negotiate! The value of a strong negotiation skill set cannot be overstated. Negotiating better deals and contracts is an absolute must for realigning and resizing your company to the current economic conditions. The key to success is not only knowing how to develop a win-win approach in negotiations with all parties, but also keeping in mind the fact that you want a favorable outcome for yourself too.

Recommended Best Practice Activities:

The Nuts and Bolts… The following list of recommended best practice activities is critical for your business' survival and for its growth during an economic downturn. The actual financial health of your particular business, at the outset of the economic downturn, will dictate the priority and urgency of the implementation of the following best practice activities.

1. Diligently monitor your cash flow: Forecast your cash flow monthly to ensure that expenses and planned expenditures are in line with accounts receivable. Include cash flow statements into your monthly financial reporting. Project cash requirements three-to- six months in advance. The key is to know how to monitor, protect, control, and put cash to work.

2. Carefully convert your inventories: Convert excess, obsolete, and slow-moving inventory items into cash. Consider returning excess and slow-moving items back to the suppliers. Close-out or inventory reduction sales work well to resize your inventory. Also, consider narrowing your product offerings. Well-timed order placement helps to reduce excess inventory levels and occasional material shortages. The key is to reduce the amount of your inventory without losing sales.

3. Timely collection of your accounts receivable: This asset should be converted to cash as quickly as possible. Offer prompt payment discounts to encourage timely payments. Make changes in the terms of sale for slow paying customers (i.e. changing net 30 day terms to COD). Invoicing is an important part of your cash flow management. The first rule of invoicing is to do it as soon as possible after products are shipped and/or after services are delivered. Place an emphasis on reducing billing errors. Most customers delay payments because an invoice had errors, and therefore, will not pay until they receive a corrected copy. Email or fax your invoices to save on mailing time. Post the payments that you have received and make deposits more frequently. The key is to develop an efficient collection system that generates timely payments and one that gives you advance warning of problems.

4. Re-focus your attention on your existing clients/customers: Make customer satisfaction your priority. A regular review of your customers' buying history and frequency of purchases can reveal some interesting facts about your customers' buying habits. Consider signing long-term contracts with your core clients/customers which will add to your security. Offer a discount for upfront cash payments. The key is to do what it takes to keep your current customers loyal.

5. Re-negotiate with your suppliers, lenders, and landlord:

i) Suppliers: Always keep your negotiations on the level of need, saying that your company has reviewed its cost structure and has determined that it needs to lower supplier costs. . Tell the supplier that you value the relationship you have developed, but that you need to receive a cost reduction immediately. Ask your supplier for a lower material price, a longer payment cycle, and the elimination of finance charges. Also, see if you can buy material from them on a consignment basis. In return for their price concessions, be willing to agree to a long-term contract. Explore the idea of bartering as a form of payment.

ii) Lenders: Everything in business finance is negotiable and your relationship with a bank is no exception. The first step to successful renegotiations is to convince your lenders that you can ultimately pay off the renegotiated loan. You must point out to your lenders why it would be in their best interest to agree to a new arrangement. Showing them your business plan and your action plan that includes your cost-savings initiatives, along with "the how" and "the when" of the implementation of your plan is the best way to achieve this goal. Explain to them that you will need their cooperation to insure that you can survive, as well as, grow your business during the economic downturn. Negotiated items include: the rate of interest, the required security to cover the loan, and the beginning date for repayment. A beginning date for repayment could be immediate, within several months or as long as a year. The key is to realize that your lender will work with you, but that frequent and continual communications with them is critical.

iii) Landlord: Meet with your landlord. Explain your need to have them extend the term of your lease at a reduced cost. Make sure you have a clause in the lease agreement that entitles you to have the right to sublet any or all of the leased space.

6. Re-evaluate your staffing requirements: This is a very critical area. Salaries/wages are a major expense of doing business. Therefore, any reduction in the hours worked through work schedule changes, short-term layoffs or permanent layoffs has an immediate cost saving benefit. Most companies ramped up hiring new employees in the good times, only to find that they are currently overstaffed due to slow sales during the economic downturn. In terms of down-sizing your staff, be very careful not to reduce your staff to a level that forces you to skimp on customer service and quality. Consider the use of part-timers or the current trend of outsourcing certain functions to independent contractors.

7. Shop for better insurances rates: Get quotations from other insurance agents for comparable coverage to determine whether or not your present insurance carrier is competitive. Also, consider revising your coverage to reduce premium costs. The key is to have the right balance-to be adequately insured, but not under or over insured.

8. Re-evaluate your advertising: Contrary to the other cost-cutting initiatives, evaluate the possibility of increasing your advertising expenditures. This tactic realizes the advantage of the reduced "noise" and congestion (fewer advertisers) in the marketplace. The downturn period a great opportunity to increase brand awareness and create additional demand for your product/service offerings.

9. Seek the help of outside advisors: The use of an advisory board comprised of your CPA, attorney, and business consultant offers you objectivity and provides you with professional advice and guidance. Their collective experience in working with similar situations in past economic downturns is invaluable.

10. Review your other expenses: Target an across-the-board cost-cutting initiative of 10-15%. Attempt to eliminate unnecessary expenses. Tightening your belt in order to weather the downturn makes practical, financial sense.

Proactively managing your business through an economic downturn is an enormous challenge and is critical for your survival. However, through well-planned initiatives, an economic downturn can create tremendous opportunity for your company to gain greater market share. In order to take advantage of this growth opportunity, you must act quickly to implement the above best business practices to continue realigning and resizing your company to the current economic conditions.

Copyright © 2008 Terry H. Hill

You may reprint this article free of charge in your newsletter, magazine, or on your website, provided that the article is unedited, and that the copyright, author's bio, and contact information below appears with each article. Articles appearing on the web must provide a hyperlink to the author's web site, http://www.legacyai.com

Terry H. Hill is the founder and managing partner of Legacy Associates, Inc, a business consulting and advisory services firm. A veteran chief executive, Terry works directly with business owners of privately held companies on the issues and challenges that they face in each stage of their business life cycle. To find out how he can help you take your business to the next level, visit his site at http://www.legacyai.com

Thursday, November 20, 2008

Top 5 ways to prepare your finances for the year ahead


With the New Year having past us by, many of us are starting to think now about our New Year's financial resolutions, one of the major issues that most of us always promise to address it finances. Most of us find that we could make a number of improvements to our finances, whether it is in terms of managing our finances and budgeting more effectively or whether it is in terms of cutting back and streamlining our outgoings.

With 2008 well under way and our Christmas spending hitting home, now is the time to start thinking about improving our finances, so that we can look at starting the New Year on a more positive financial note. Below are some of the top ways in which you can improve your finances for 2008.

1. Streamline your outgoings: It is amazing just how much money we all waste each year, often without even realizing. If you go through your regular outgoings with a fine tooth comb you could well come across things such as unused subscriptions and useless memberships for services that you no longer really use, and you can cancel these and put the money to better use.

2. Cut back on non-necessities: Of course, we all love to splash out from time to time, but many of us tend to live a champagne lifestyle on beer money. Go through your monthly outgoings and try and make cutbacks wherever possible on non-necessities such as going out and spending on clothes. By spending a few extra nights in – perhaps cooking dinner at home for friends instead of going out for meals – and avoiding the temptation of too much retail therapy you could save a small fortune.

3. Take advantage of the sales: Although this may seem as though it is contradicting the above, you can be really thrifty by taking advantage of the sales. Watch out for them, as many shops have sales at different times of the year, and not just january. This doesn't mean you should go out and spend on anything that looks like the price has been knocked down even if you don’t really want or need it. However, try and determine whether you will need things such as clothes for work or for the kids in the coming months, and get them during the sales when you can often get twice as much for your money.

4. Improve your financial management: If you are the type of person that hates to look at their bank balance and does nothing to monitor income and outgoings then now is the time to make a change. Keep a track on everything that goes in and out of your account, and check your balance regularly. This will help you to avoid everything from becoming the victim of fraud or theft to accruing costly bank charges for exceeding overdraft limits.

5. Review your debts: Most of us have a number of debts in one form or another, whether it is credit cards, stores cards, or loans. Take a look at how much you owe and see whether you could save yourself hassle and money each month by consolidating your debts – or in the case of just credit card debts by transferring them onto a 0% balance transfer card.

By David Lynes


Wednesday, November 19, 2008

Obama dan Kita



Seperti yang telah diramalkan dan diharapkan banyak orang, Barrack Hussein Obama, 47 akhirnya berhasil terpilih sebagai Presiden Amerika Serikat yang ke-44, menggantikan George Walker Bush yang akan lengser pada Januari 2009 nanti

Obama berhasil mengalahkan saingannya, John McCain, 72, calon dari Partai Republik, dengan selisih angka yang cukup telak. Sampai pukul 21.00 WIB, Obama berhasil mengumpulkan electoral voters sejumlah 349 (52%) mengungguli McCain yang baru memperoleh 147 (46%). Sementara masih ada 2% suara yang belum dilaporkan. Kemenagan Obama ini mematahkan tradisi bahwa Presiden AS harus berkulit putih. Kekhawatiran bahwa Bradley efek akan terulang pada Obama ternyata tidak terbukti. Mungkin masih teringat dimana Tom Bradley yang berkulit hitam diunggulkan untuk menjadi Gubernur Los Angeles tahun 1982 gagal dalam pemilihan, walaupun dalam jajak pendapat selalu menang dan dapat dikatakan pantas terpilih. Namun kenyataannya bilik suara berkata lain. Pada saat peghitungan ternyata Bradley kalah. Orang Amerika memang cenderung tidak mau disebut rasis, oleh karena itu dalam jajak pendapat dan hasil pemilihan bisa berkata lain. Kasus Obama memang membuktikan setidaknya mayoritas orang Amerika sudah mulai bisa menerima kehadiran pemimpin yang berkulit hitam, walaupun Obama sendiri enggak hitam-hitam banget karena ibunya berkulit putih...he..he. Terpilihnya Obama menjadi Presiden membuat banyak negara bersuka ria, termasuk Indonesia yang pernah ditinggali Obama kecil. Harapan Obama akan lebih ceng li dengan Indonesia akan lebih terbuka (gini-gini kan punya andil besarin Obama...he...he). Namun hendaknya kita tidak terlalu banyak berharap mengenai kebijakan-kebijakan yang akan dijalankannya, karena Asia Tenggara nampaknya belum menjadi prioritasnya, apalagi ekonomi Amerika bener-bener lagi goncang. Ada baiknya pemerintahan kita tidak terlalu bergantung terhadap sosok Obama, bangsa kita harus mandiri, bagaimanapun juga bagi saya Amerika tetap Amerika dimana ada kepentingan yang menguntungkan di situlah mereka akan memihak siapapun presidennya. Dolar sampai tulisan ini dibuat telah menembus Rp 12.000,-. Nilai rupiah yang begitu tinggi memang bisa mengguncang perekonomian kita, apalagi daya beli masyarakat kita yang belum kunjung membaik. Mudah-mudahan Barack Obama bisa membawa angin segar bagi perekonomian dunia yang naik turun kaya lift...he..he. Tapi siapapun presidennya hendaknya kita juga sadar, bergantung pada negara lain bisa bikin susah sendiri. Saatnya bagi kita juga untuk mengeksplorasi kemampuan kita, entah bakat atau hobi yang bisa mendatangkan income bagi kita kalau modal jadi kendala.

Monday, November 10, 2008

Reasons You aren't Rich


Here are 10 more possible reasons you aren't rich:

You care what your car looks like: A car is a means of transportation to get from one place to another, but many people don't view it that way. Instead, they consider it a reflection of themselves and spend money every two years or so to impress others instead of driving the car for its entire useful life and investing the money saved.

You feel entitlement: If you believe you deserve to live a certain lifestyle, have certain things and spend a certain amount before you have earned to live that way, you will have to borrow money. That large chunk of debt will keep you from building wealth.

You lack diversification: There is a reason one of the oldest pieces of financial advice is to not keep all your eggs in a single basket. Having a diversified investment portfolio makes it much less likely that wealth will suddenly disappear.

You started too late: The magic of compound interest works best over long periods of time. If you find you're always saying there will be time to save and invest in a couple more years, you'll wake up one day to find retirement is just around the corner and there is still nothing in your retirement account.

You don't do what you enjoy: While your job doesn't necessarily need to be your dream job, you need to enjoy it. If you choose a job you don't like just for the money, you'll likely spend all that extra cash trying to relieve the stress of doing work you hate.

You don't like to learn: You may have assumed that once you graduated from college, there was no need to study or learn. That attitude might be enough to get you your first job or keep you employed, but it will never make you rich. A willingness to learn to improve your career and finances are essential if you want to eventually become wealthy.

You buy things you don't use: Take a look around your house, in the closets, basement, attic and garage and see if there are a lot of things you haven't used in the past year. If there are, chances are that all those things you purchased were wasted money that could have been used to increase your net worth.

You don't understand value: You buy things for any number of reasons besides the value that the purchase brings to you. This is not limited to those who feel the need to buy the most expensive items, but can also apply to those who always purchase the cheapest goods. Rarely are either the best value, and it's only when you learn to purchase good value that you have money left over to invest for your future.

Your house is too big: When you buy a house that is bigger than you can afford or need, you end up spending extra money on longer debt payments, increased taxes, higher upkeep and more things to fill it. Some people will try to argue that the increased value of the house makes it a good investment, but the truth is that unless you are willing to downgrade your living standards, which most people are not, it will never be a liquid asset or money that you can ever use and enjoy.

You fail to take advantage of opportunities: There has probably been more than one occasion where you heard about someone who has made it big and thought to yourself, "I could have thought of that." There are plenty of opportunities if you have the will and determination to keep your eyes open.

By Jeffry Strain

Thursday, November 6, 2008

Hypnotic Writing


Definisi Hypnotic Writing

Hypnotic writing adalah penggunaan kata-kata yang secara sengaja ditujukan untuk mengarahkan orang ke suatu keadaan mental yang terfokus, di mana mereka terdorong atau terbujuk untuk membeli produk atau jasa yang Anda tawarkan.”

Hypnotic writing adalah sejenis “hipnotis dalam keadaan terbangun.” Pembaca tidak kehilangan perhatian, tetapi justru terfokus perhatiannya pada tulisan yang kita buat.

Singkatnya, esensi hypnotic writing bukanlah tentang manipulasi, tetapi tentang komunikasi. Yakni, bagaimana Anda dapat berkomunikasi secara lebih baik dengan para pelanggan, sehingga Anda dapat lebih baik pula dalam membujuk mereka untuk membeli produk dan jasa Anda.

Lantas, bagaimana strateginya untuk mempraktikkan hypnotic writing tersebut?
Lima langkah ke arah hypnotic writing:

  • Niat: Arahkan pikiran Anda.

Niat berarti menetapkan tujuan atsau hasil yang diharapkan dari tulisan tersebut. Buatlah serinci mungkin. Anda bukan sekadar ingin membuat tulisan buat iklan. Semua orang bisa membikin tulisan iklan. Tetapi Anda menginginkan tulisan iklan, yang berhasil menarik pembeli, sehingga terjual barang atau jasa sampai jumlah tertentu.

  • Riset: Isi pikiran Anda.

Riset berarti sebelum menulis, Anda harus mempelajari dan memahami betul barang/jasa yang akan Anda tulis. Anda tentu tak mungkin menulis iklan tentang mobil Toyota Avanza, sebelum Anda mengetahui spesifikasi Avanza tersebut, kelebihannya dibandingkan mobil merek lain sejenis, hal-hal baru yang tak terdapat di mobil merek lain, dan sebagainya. Anda perlu melihat mobil itu, merasakan bagaimana rasa ketika mengendarainya.

Tokoh periklanan ternama, David Ogilvy, pernah membuat satu kalimat iklan yang sangat legendaris, setelah membaca manual mobil yang Akan ia buat naskah iklannya. Yaitu: “At 60 miles an hour the loudest noise in this new Rolls-Royce comes from electrick clock.” Dahsyat, bukan?

  • Kreasi: Curahkan pikiran Anda.

Kreasi berarti produksi atau menghasilkan suatu produk (tulisan). John Vitale selalu menulis sebuah naskah secara cepat. Tetapi ingat, naskah itu baru draft pertama, bukan hasil final. Setelah menulis draft pertama itu, baru ia membaca ulang dan berusaha menyempurnakannya.

Ide dasarnya adalah Anda harus menjalankan dua fungsi, yakni sebagai penulis dan sebagai editor (penyunting). Kedua fungsi itu sama-sama diperlukan, tetapi Anda tak bisa menjalankan dua fungsi itu pada saat bersamaan. Jadi, Anda harus memisahkannya. Pertama, Anda berfungsi sebagai penulis dan mencipta tulisan. Sesudah itu, barulah Anda berfungsi sebagai editor yang mengoreksi dan merevisi tulisan itu.

  • Tulis ulang: Pertajam pikiran Anda.

Tulisan (draft) pertama, itu seumpama intan yang belum diasah. Jika dipaksakan untuk dijual, harganya masih murah. Untuk membuatnya menjadi bernilai tinggi, Anda harus mengasahnya, merevisinya, menyempurnakannya.

Penulis yang sehebat apapun tidak pernah menulis dengan sekali jadi. Sebuah tulisan bisa mengalami proses revisi atau perubahan di sana-sini, sampai akhirnya mencapai bentuk akhir yang betul-betul final. Jadi, sebenarnya tidak ada great writers. Yang ada adalah great rewriters. Cara terbaik adalah tulislah sampai betul-betul selesai. Kemudian, Anda baca dari awal dan revisi di sana-sini.

Lebih bagus lagi, jika Anda bisa menggunakan resep penulis cerita horror terkenal, Stephen King. Mintalah 10 orang lain (bukan anggota keluarga Anda) untuk membaca tulisan Anda dan memberi komentar. Lalu, Anda membuat sejumlah perbaikan setelah mendengar masukan mayoritas. Kalau 8 dari 10 orang yang dimintai komentar mengatakan, tulisan Anda sulit dimengerti, tampaknya tulisan Anda memang perlu diperbaiki. Tetapi jika cuma satu orang yang punya komentar berbeda, tak usah risau. Anda tentu tidak bisa memuaskan semua orang.

  • Menguji (testing): Latih pikiran Anda.

Menguji berarti mengakui bahwa Anda belum cukup cerdas untuk mengetahui semua keinginan orang lain. Anda tak bisa menebak-nebak. Jadi, buatlah tulisan terbaik, kemudian revisi, perbaiki dan sempurnakan. Lalu, serahkan pada pasar. Lihatlah, apakah tulisan iklan Anda berhasil menarik orang untuk membeli produk atau jasa yang ditawarkan.


*** Ditulis dan diadaptasi untuk konteks Indonesia oleh Satrio Arismunandar, berdasarkan konsep yang diutarakan John Vitale dalam bukunya: Hypnotic Writing, How to Seduce and Persuade Customers with Only Your Words (Penerbit John Wiley & Sons, Inc, Hoboken, New Jersey, 2007).

Friday, October 17, 2008

Credit Atau Cash


Dengan banyaknya kebutuhan dan keinginan manusia untuk membeli suatu produk barang, terkadang bisa menguras pendapatan kita kalau tidak hati-hati, hal tersebut tentu saja disadari oleh para produsen, kalau sampai masyarakat tidak mampu membeli produk mereka maka kelangsungan hidup perusahaan bisa saja terguncang . Oleh karena itu sistem kredit muncul untuk membuat masyarakat mampu membeli produk walaupun uang yang dimiliki tidaklah banyak.. Itulah keuntungannya. Contohnya sebagai berikut: Apabila harga sebuah motor seharga Rp 12.000.000,- maka jika kita kredit maka bisa saja harga motor itu akan berubah menjad Rp 14.000.000,-. Kenapa demikian ? harga bertambah karena adanya bunga yang harus kita bayarkan. Kalo dilihat dari nominalnya mungkin uang yang kita keluarkan sangatlah banyak, tapi kalo dicicil bisa jadi terasa ringan untuk jangka waktu sekian tahun.

Contoh Ilustrasi :
Ilustrasi kredit harga mobil X . Dengan harga cash Rp. 187.500.000,-
Di kredit selama 4 tahun sbb :

a) TDP 33 jt/Angs 5.7 jt x 48 bulan = Rp 273.600.000,-
b) TDP 38 jt/Angs 5.4 jt x 48 bulan = Rp 259.200.000,-
c) TDP 47 jt/angs 5.1 jt x 48 bulan = Rp 244.800.000,-
d) TDP 43 jt/angs 5.3 jt x 48 bulan = Rp 254.400.000,-

Hasil masing-masing angsuran dikali jumlah bulan kemudian ditambahkan TDP, jadi itulah harga total mobil sampai selesai di kredit

Contoh :
Rp 273.600.000 + 33.000.000 = 306.600.000,-


Fenomena kredit memang bukan hal baru lagi, setiap produk menawarkan pembayaran cash dan tentu saja …kredit. Bukannya dihindari justru kredit menjadi primadona dalam membeli produk…..biar kredit yang penting punya barangnya.. Dalam industri otomotif yang paling kelihatan. Banyak kendaraan yagn berseliweran di Jakarta bukan serta merta meningkatnya daya beli masyarakat, tetapi diantaranya diilhami semakin mudahnya orang menndapatkan kendaraan bermotor dengan fasilitas kredit.Sekali lagi mau cash atau kredit memang tergantung individu masing-masing. kalo punya uang banyak silakan cash, kalo uangnya terbatas kredit bisa jadi pertimbangan lain.

Tuesday, October 14, 2008

Credit Card ? Surga atau Neraka


Judul diatas kayaknya ekstrem bener..tapi gak ada maksud apa-apa cuma untuk memberikan pemahaman tentang manfaat dan untung-rugi pemakaian credit card. Credit card dewasa ini bukan sekedar gaya hidup, tetapi merupakan kebutuhan bagi masyarakat untuk menunjang semua kegiatan dalam kehidupannya sehari-hari. Semua aktivitas bisnis maupun pribadi, mulai dari membiayai urusan kantor, rumah tangga, menjamu tamu atau klien kita hingga biaya kelahiran , belanja kebutuhan keseharian kita atau untuk liburan. Di dunia kaya gini kartu kredit bagi banyak orang sesuatu yang wajib, karena bukan suatu kebutuhan saja melainkan "keharusan"..dengan kata lain kalo gak punya ...kampungan kalee...he..he. Tapi ada juga orang-orang yang gak punya ya gak apa2. tergantung dari mana kita mo ngeliatnya. Dikatakan untung kalo memang banyak hal yang ingin kita beli tapi males bawa duit cash, biasanya ingin beli barang elektronik harganya jutaan atau kalau kebetulan sakit kita tidak punya duit ..nah kartu kredit bisa sangat bermanfaat..atau juga kalo ingin dapat banyak diskon , kartu kredit bisa aja jadi dewa penolong...tapi yang perlu diingat kartu kredit bisa saja jadi candu, artinya saking enaknya kita nggesek lupa kalo besok-besok harus bayar. Hal yang pelu untuk diingat, semuanya itu hutang. Dan namanya hutang harus dibayar... kalo gak ? namanya ya.. ngemplang. Nah ini yang biasanya jadi masalah. umumnya kita akan bermasalah dengan yang namanya debt collector, banyak pengguna yang diuber-uber karena tidak memperhatikan penggunaannya. Dibutuhkan kebijaksanaan dalam penggunaannya sehingga tidak menjadi bumerang buat kita. Kalo saya tetap memilih menggunakan kartu kredit, kalo untuk pemakaian saya bener-bener harus mikir 2 kali dan harus punya kedisiplinan dalam penggunaan..... kalo anda ???????

Monday, October 13, 2008

Mengatur Uang


Gak bisa dipungkiri mengatur uang di jaman seperti ini memang memerlukan keterampilan...apalagi kalau gaji yang kita peroleh tidak sebanding dengan apa yang kita keluarkan, bukan untung yang kita dapatkan malahan buntung bahkan bisa nombok dan hutang. Negara kita memang tidak seperti negara-negara lain seperti Singapura yang mampu membayar gaji para karyawannya sangat layak, di Indonesia terkadang gaji cukup aja sudah syukur. Nah agar kita tidak dibebani pikiran karena uang yang gak cukup, kenapa kita tidak mengaturnya ?..agar nafas hidup kita lebih panjang...he..he

1. Hal yang penting dalam mengatur uang adalah bedakan mana kebutuhan dan mana yang keinginan. 2 hal ini bisa saja menjadi rancu karena banyak orang yang menganggap keinginan adalah kebutuhan, padahal kan beda. Umumnya kebutuhan manusia itu sama. Mis : Makan, minum, dan tempat tinggal, hanya makan seperti apa, minum dan tempat tinggal seperti apa yang kita inginkan...Bingung ? wajar. Gampangannya seperti ini kalo kita bisa terlihat menarik dengan pakaian seharga Rp 20.000,- kenapa harus beli yang seharga Rp 200.000,-.Banyak orang yang terjebak dengan ini. Intinya kita hanya mengganti nilai suatu barang yang harganya lebih murah, tapi kegunaanya sama.

2. Menabunglah didepan. Artinya kalau anda punya uang seberapapun jumlahnya, tabunglah terlebih dulu,. Misalnya 5 % atau 25 % didepan jangan menunggu di akhir bulan, karena umumnya orang yang demikian tidak bisa menabung dengan lancar dan akan kesulitan mengatur uang.

3. Simpanlah uang receh anda dalam suatu tabungan.. Ya ini cukup berhasil..jangan dikira uang eceh itu tidak ada harganya...pengalaman saya dari uang receh yag saya kumpulkan bisa terkumpul Rp 200.000,-, kecil memang tapi uang segitu bisa kita gunakan untuk keperluan lain tanpa mengganggu budget utama kita. (cara mengatur uang yang saya suka)

4. Sebisa mungkin ikutlah asuransi..hari gini sudah saatnya kita membuka wawasan tentang asuransi..mungkin kita masih antipati dengan yang satu ini, tapi yakinlah asuransi sangat bermanfaat untuk masa depan kita sendiri. Saya tidak menyarankan ke salah satu asuransi, semua asuransi saya anggap baik yang kurang baik kadang-kadang agennya (oknum) yang sedikit nakal dan tidak menjelaskan secara detail tentang klaim asuransi. Jadi pilihlah yang sesuai dengan hati anda.

5. Berhentilah membaca dan lakukan tips-tips dia atas ini....semoga berhasil teman

Mengatur uang memang saya anggap suatu seni, dan butuh kreatifitas kita untuk mengaturnya.

Friday, October 10, 2008

Milih Universitas


Milih Universitas memang gampang-gampang susah...soalnya pada bingung semua. Sebenarnya kalo di tarik garis lurus memilih universitas dan fakultas cukuplah mudah. Ok..biar gak panjang-panjang liat trik-trik dibawah ini :

1. Tanya pada diri kamu sendiri cita-citanya kemana ? Kalo udah punya cita-cita akan terasa mudah untuk milih fakultas dan milih universitas. Kalo gak punya cita-cita, pasti bingung mau minta tolong orang lain pun bisa tambah bingung. Biasanya orang-orang akan mempromosikan almamater sendiri...wajarlah. Nah sekarang pikir dulu and cari cita-citamu mau kemana.

2. Cari minat. Minat itu penting, sebagai panduan untuk menentukan bidang apa yang kita sukai. Contohnya seneng dengan masalah prilaku orang, kejiwaan ya paling cocok masuk psikologi. Kalo masih bingung, daftarin diri dan ikut tes psikologi . Disitu kita akan mendapat hasil dan gambaran kira-kira kita cocok di bidang apa, kalo masih ragu-ragu gak ada salahnya gunakan opini kedua, dengan ikut tes psikologi lagi...yang peru diingat sepanjang pengerjaan psikotest itu jujur dan apa adanya hasilnya pasti valid dan akhirnya milih universitas jadi lebih mudah.

3. Lihat biaya. Gak bisa dibohongi kuliah itu membutuhkan biaya...mahal lagi !..nasib..he..he..
bicarakan dengan ortu kita kalo mereka yang akan membiayai, dari jauh-jauh hari sebelumnya biar mereka bisa saving uang yang cukup dan punya ancang-ancang untuk merencanakan biaya kuliah kamu. Bisa juga rajin mencari info beasiswa...Asal tau aja yang namanya beasiswa biasanya untuk yang pinter-pinter, kalo gak pinter belajar gih biar penter..he..he..Ini dia situs beasiswa yang bisa kamu gali...

http://beasiswaunggulan.diknas.go.id/
http://www.rumahbeasiswa.com/
http://www.pusatinfobeasiswa.com/
http://databeasiswa.com/
www.scholarships.com
www.fastweb.com
www.college-scholarships.com
www.guaranteed-scholarships.com
www.finaid.org/scholarships
www.absolutelyscholarships.com

Sebenarnya masih banyak, kalo ditulis semua gak muat and yang terakhir sering-sering kunjungi pameran pendidikan yang diadakan oleh institusi-institusi pendidikan, disitu kamu akan dapat informasi yang sangat penting tentang prospek fakultas dan milih universitas serta jurusan, biasanya pameran-pameran pendidikan itu gratis..asiiiik....jangan sampai salah pilih karena sekolah itu investasi... So good hunting

Thursday, October 9, 2008

Sekolah itu Investasi



Sekolah itu investasi...ya investasi yang akan kita bawa seumur hidup. Seringkali anggapan investasi itu berupa mobil, tanah, rumah, dll. Tapi tahukah anda dengan berinvestasi di pendidikan anda akan mendapatkan hasil yang sangat setimpal. Hasil dari investasi di bidang pendidikan tidak bisa kita rasakan saat itu juga, melainkan merupakan investasi jangka panjang. Semakin tinggi pendidikan maka logikanya semakin mudah atau semakin luas lapangan pekerjaan yang bisa kita dapatkan, semakin banyak ilmu yang kita cari maka wawasan akan semakin luas. Bukankah banyak perusahaan menginginkan karyawannya berwawasan luas bukan hanya nilai-nilainya yang bagus ?...Ok..Ini dia bagaimana caranya kita memilih sekolah yang baik agar investasi kita tidak hilang percuma :

1. Pilihlah sekolah yang mempunyai reputasi bagus. Artinya jaringan dengan perusahaan banyak da nmenyediakan magang kerja, tidak hanya mengandalkan nama besar saja.

2. Kalo kita mengabaikan minat, pilihlah jurusan yang mempunyai prospek kedepan yang dicari-cari oleh perusahaan-perusahaan bonafit. Cth : Fakultas Komputer.

3. Serap ilmu sebanyak-banyaknya dari bangku sekolah. Anggap semua ilmu yang diberikan di sekolah penting semua, menganggap tidak penting satu mata kuliah artinya kita menutup wawasan kita terhadap pengetahuan.

4. Sekolah itu tidak hanya belajar, tapi juga membangun relasi dan jaringan. Jadi pintar-pintarlah menjalin hubungan pertemanan, karena siapa tau temen-temen kitalah yang akan menjadi relasi atau partner kita. Artinya Jadilah orang yang baik dan ramah biar teman-teman suka bergaul dengan kita.


Kalo ada yang mengatakan sekolah itu buang-buang biaya memang benar, tapi jika kita lakukan dengan serius hasil dari sekolah itu akan kita rasakan. Jadi sekolah itu adalah investasi wajib bagi semua orang, saya ataupun anda...AYO SEKOLAH.

Menjalankan Bisnis



Banyak orang ingin menjalankan bisnis, mungkin tertmasuk anda....tapi pertanyaan yang selalu muncul dibenak adalah apakah saya mampu, saya tidak punya modal, saya tidak punya bakat, saya tidak punya talenta. Pertanyaan yang wajar bagi semua orang, tapi apakah dengan mengeluh kita akan berhasil ?..Saya yakin 100% TIDAK !!. Pertanyaan negatif tadi bisa membunuh motivasi kita untuk maju. Seperti apa sih menjalankan bisnis yang enak ? Berikut hal-hal yang perlu diperhatikan :

1. Jalankan bisnis yang sesuai dengan hobi kita. Apabila kita menjalankan bisnis sesuai dengan hobi, pasti kejenuhan akan berkurang dan yang pasti kenikmatan berbisnis bisa kita rasakan.

2. Jalankan bisnis sesuai dengan kemampuan kita. Gak ada salahnya kita menjalankan bisnis mulai dari bawah. Dari hal yang kecil sampai yang paling besar. Ini untuk mengurangi resiko rugi, disamping itu kita akan ditempa dengan pengalaman sejak kita berbisnis dari nol

3. Jalankan bisnis Dengan hati. Artinya berbisnis itu harus dengan itikad yang baik, lakukan sama seperti kita menjalin persahabatan, cinta kasih yang tulus terhadap orang yang kita sayangi.

3 hal ini sebenarnya cukup mudah dijalani tapi sifat masing-masing pribadi bisa merusak metode kita dalam menjalani bisnis.

Cari Uang Di Internet



Namanya bisnis memang macam-macam dari bisnis tradisional seperti ada barang kita jual, sampai dengan bisnis internet. kalo ditanya tentang enakan mana menjalan kan dua bisnis tersebut, tergantung kitanya. Ada yang senang dengan bisnis tradisional, ada juga yang senang bisnis internet. Yang penting adalah ketekunan dan niat. Kalo sudah niat berarti sudah harus tahu resiko bisnis. Namun bisnis internet merupakan terobosan baru yang tentu saja menggoda bagi kita yang kuarang kuat modalnya tapi pengen kaya..he..he. Rajin membuka internet merupakan salah satu kuncinya juga, karena informasi tentang bisnis ini bejibun. Sampai-sampai kita gak bisa bedain ini serius atau tipu-tipu...swear !!. Tapi bagaimanapun juga bisnis tetap bisnis. Resiko tetap ada dan yang namanya usaha wajib dilakukan....Tidak ada sebuah bisnis yang dijalankan tanpa usaha, kecuali dapat warisan dari Bill Gates atau diangkat anak sama Bill Gates...he..he. Memang banyak dari sebagian kita ingin mendapatkan banyak uang tapi tanpa usaha. Ya sama seperti saya dulu, prinsip ekonomi dijalankan dengan cara yang salah dan buta (prinsip ekonomi : Usaha sekecil-kecilnya mendapatkan untung yang sebesar-besarnya) tapi sekarang gak lagi deh ! Kalo mau kaya yang usaha, cari relasi, perluas wawasan, dan yang penting harus baik dan ramah dengan orang lain...(maklum Konselor jadi harus baik sama orang). Berikut ini ada situs yang bisa menghasilkan uang...lumayan buat nambah income, memang agak pelan tapi kalo ditekuni apa sih yang gak mungkin If there's a will, there's away....iya gak

1. http://www.clixsense.com/?2294692

Soal caranya bagaimana tinggal klik aja dan ikuti petunjuknya...gampang, apalagi untuk orang-orang Indonesia yang sudah belajar bahasa Inggris sejak SD...he..he